Selasa, 3 Januari 2012

pergi


Sayu terpisah

Hikayat indah kini hanya tinggal sejarah

Berhembus angin rindu

Begitu nyamannya terhidu wangian kasihmu

Hujan lebat mencurah kini

Bagaikan tiada henti

Kaulah laguku kau irama terindah

Tak lagi ku dengari

Pergi


Sepi tanpa kata


Terdiam dan kaku tak daya kau ku lupa



Apa pun kata mereka

Biarkan kenangan berbunga di ranting usia


Hujan lebat mencurah kini

Bagaikan tiada henti


Kaulah laguku kau irama terindah


Tak lagi ku dengari


Kau pergi

Pergi


Hujan lebat mencurah kini

Bagaikan tiada henti


Kaulah laguku kau irama terindah


Tak lagi ku dengari


Kau pergi

Pergi


Kau pergi


Pergi


Pergi

Ayah Ibu Anak


Rarare rare rare ra
Rarare rare rare ra
Rarare rara rera rara rare rara

Janganlah engkau menangis lagi
Yakinkan amal(n?) ibu di sisi
Wahai intan seluruh (ra?)warga
Hadirmu membawa seribu warna

Kini kau lupakan ibu
Lupakan juga ayahmu
Mengapa kau begitu
Setelah sinar kau ketemu

Tidakkah kau kasihan
Ibumu sendirian
Di sini bukan syurga
Patut kau campakkan

Ayah, ayah jerit kecilmu
Setia bersila di bendul pintumu
Tangis tawa bukanlah duka
Jadi ingatan mengusik jiwa

kisah sayang seorang ibu....


Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?".
Sebagai balasannya, kau jawab, "Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan.
Sebagai balasannya, kau katakan, "Aku tidak ingin seperti Ibu."
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, "Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu.
Sebagai balasannya, kau katakan padanya, "Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab, "Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang.
Dan tiba- tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI dan JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

Isnin, 2 Januari 2012



cinta ilahi...

cinta dan kasih sayang


kasih sayang
cinta ilahi
cinta dan kasih sayang
perkhawinan
percintaan
love
kasih sayang...

pantun romantis 2012

Cinta Romantis
Malam mulai menjelang,
lampu mulai benderang,
bayangmu selalu terkenang..
kala rindu datang menyerang..

Berjalan menentang sang waktu,
bertarung dengan senyum palsu,
ku hapus semua masa lalu,
setelah bertemu kamu

Berjalan dalam serpihan malam,
ketika hujan deras mendiringi.
tak lagi kurasakan kelam,
kerana hariky selalu kau terangi

Ada cawe berbadan bohay,
jalan sendiri bawa kembang.
hati neng mirip titus bonay,
udah menggocek-gocek hati abang.

Diantara langit yg semua,
muncul semburat pelangi.
aku butuh dirimu,
untuk selama-lamanya aku menyayangi...

Pantun Romantis dan Cinta


uah berangan masaknya merah,
Kelekati dalam perahu;
Luka di tangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa yang tahu.
burung kakatua
hinggap dijendela
siapa yang jatuh cinta
pasti cemburu buta
dari jauh pohon randu
dari dekat pohon jambu
dari jauh aku rindu
dari dekat aku malu
disana gunung disini gunung
ditengah tengah gunung berapi
kesana bingung kesini bingung
itulah namanya jatuh hati
anak unta siapa yg punya
menangis iba kehilangan ibu
bila cinta sudah menyapa
rindu mulai membara dikalbu
mulanya duka kini menjadi lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mulai membara
itulah tanda cinta berpadu
hati berdetik dalam cahaya,
seperti belati menikam dada
Cinta abadi kekal selamanya
Musim berganti tapi wajah takkan lupa
cinta datang tak berwaktu
perasaan senang,sedih dan pilu tak menentu
semua hadir tanpa permisi
untuk mencoba mengisi hati
hati-hati minum digelas
kalau terlepas pecahlah nanti
cinta hati selalunya ikhlas
cinta buta yang makan hati
cinta tak memandang bulu
cinta juga tak mengenal waktu
rasakan cinta dihatimu
betapa indah mengikis kalbu
ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati
jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…
Dari mana punai melayang,
Dari paya turun ke padi;
Dari mana datangnya sayang,
Dari mata turun ke hati.
Pucuk pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Tuan jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.